Bagaimana Erling Haaland Dibentuk Menjadi Monster Gol?

BAGAIMANA cara menghentikan Erling Haaland? Biarlah para pelatih klub Premier League atau lawan Manchester City di Liga Champions yang memikirkannya. Kita mending mencari tahu, bagaimana monster lini depan itu dibentuk di masa kecil dan remaja?

Saat ini, Haaland mesin gol paling menakutkan di dunia. Ketika dia mampu mencetak 29 gol dari 27 laga di RB Salzburg atau 86 gol dari 89 laga di Borussia Dortmund, perdebatan soal kualitasnya masih terdengar, meski lirih. Kini, selesai sudah. Titik.

Baru 13 laga dia mainkan membela Manchester City di Premier League, hasilnya 18 gol tercipta. Sudah tiga kali dia hat-trick. Top scorer sementara Premier League. Dan, usianya baru 22 tahun. Pertanyaannya, bagaimana Haaland bisa tumbuh menjadi striker semengerikan itu?

Ada beberapa alasan. Pertama, tentu saja faktor genetis. Ayahnya, Alfie Haaland, pernah jadi pemain andalan timnas Norwegia. Talentanya memang semenjana, tapi pernah membela Notingham Forest, Leeds United, dan Manchester City di Liga Inggris.

 

Haaland lahir di Leeds, Inggris, karena sang ayah membela Leeds United pada 1997-2000. Darah sepak bola Haaland memang datang dari ayahnya, tapi dari ibunya dia mewarisi tubuh atletis dan kemampuan atletik yang mumpuni. Sang ibu, Gry Marita Braut adalah atlet juara nasional heptathlon alias saptalomba.

Gry Marita unggul dalam saptalomba yang meliputi lari gawang 100 meter, lompat tinggi, tolak peluru, lari 200 meter, lompat jauh, lempar lembing, dan lari 800 meter. Maka, tidak lah kaget, jauh sebelum Haaland punya rekor gol di sepak bola, dia telah mencetak rekor di cabang olahraga atletik pada usia lima tahun.

Tentu saja, faktor genetis bukan satu-satunya alasan. Faktanya, ada banyak pemain sepak bola hebat yang putranya biasa-biasa saja atau bahkan tidak cukup punya talenta. Haaland berbeda, sejak kecil dia memang dibentuk menjadi atlet hebat.

Ya, atlet hebat, bukan sekadar pemain sepak bola. Ketika berusia lima tahun, Haaland memecahkan rekor dunia standing long jump atau lompat jauh berdiri. Bahkan, sampai saat itu rekor itu belum terpecahkan untuk kategori usia 5 hingga19 tahun. Data rekornya bisa dilihat di sini: http://age-records.125mb.com/

Pada 22 Januari 2006, Haaland yang sejak dini berlatih berbagai cabang olahraga ambil bagian dalam kejuaraan atletik. Hasilnya, dia mencatat lompatan 1,63 meter. Pada 2010 lalu, atlet Finlandia Roope Tyynismaa mampu menyamai rekor itu, tapi belum ada yang melampaui.

Kemampuan atletik Haaland memang dahsyat. Bahkan, pada 2020 saat masih membela Dortmund, stasiun televisi di Jerman sempat menghitung kecepatan larinya dalam 60 meter. Dia melahapnya hanya dalam 6,64 detik.

Sekadar catatan, rekor atletik di nomor itu tercatat atas nama Christian Coleman dengan catatan waktu 6,34 detik. Nah, dengan kecepatan yang dicatat Haaland, andai dia ikut dalam lomba atletik, dia bahkan bisa menembus final kejuaraan dunia atletik indoor 2018.

 

Haaland kecil, oleh orang tuanya diikutkan dalam berbagai cabang olahraga. Selain karena memang berbakat, dia memang bocah yang sangat aktif. Atletik memang cabang olahraga yang paling awal digeluti, tapi kemudian berkembang ke beberapa cabang olahraga lain.

Sepak bola juga dimainkan sejak belia, tapi pada saat yang sama dia serius juga ke olahraga lain. ”Kami biasa membawanya ke atletik sehingga dia bisa menguji dirinya sendiri. Erling bermain bola tangan, atletik, dan ski lintas alam sampai dia berusia 14 tahun,” ujar Alfie sebagaimana dilansir Dagbladet.

Sebelum datang panggilan dari timnas sepak bola kelompok umur Norwegia, justru panggilan level timnas datang dari bola tangan. ”Bahkan, manajer bola tangan Norwegia (Thorir Hergeirsson) sampai menginginkannya untuk bermain bola tangan,” terang Alfie.

Di Norwegia, bola tangan punya reputasi yang menjanjikan. Mereka dua kali finalis kejuaraan dunia dan peringkat ketiga kejuaraan Eropa 2020. Berbeda dengan sepak bola yang mereka baru tiga kali ambil bagian di Piala Dunia dan sekali tampil di Piala Eropa pada Euro 2000.

Nah, alasan utama kedua orang tua Haaland mendorongnya berlatih beberapa cabang olahraga sekaligus lantaran agar anaknya punya banyak kemampuan. Pada akhirnya, ketika usia remaja, Haaland yang akan memilih mana olahraga yang paling ingin digelutinya. Dan pilihannya jatuh ke sepak bola.

”Fleksibilitas itu penting. Anda bisa mengembangkan sisi tubuh yang sama sekali berbeda dan itu adalah sebuah modal positif. Terlepas apa pun yang Anda lakukan nanti,” ujar pria yang bernama lengkap Alf-Inge Rasdal Haaland tersebut.

Selain mengembangkan kemampuan berolahraga Haaland, orang tuanya juga membentuk mental berkompetisinya. Karena itu, sejak usia dini, dia dibiasakan mengikuti turnamen atau kejuaraan usia dini pada berbagai cabang olahraga yang digelutinya.

Tentu saja, karena sang ayah punya pengalaman sebagai pemain sepak bola profesional dan sang ibu yang juara atletik, membuat mereka bisa menjaga batas latihan. Itu dilakukan agar Haaland tidak kehilangan masa kecil dan masa remajanya. Juga, tidak melebihi beban latihan.

Faktanya, dia masih bisa bersenang-senang dengan rekan sebayanya. Bahkan, saat remaja malah bikin grup musik rap bernama Flow Kingz bersama Erik Sandberg dan Erik Botheim. Lagu mereka berjudul Kygo Jo sempat viral enam tahun lalu. Kini, telah ditonton lebih dari 6 juta kali di YouTube.

Jadi, bukan hanya faktor genetis semata, melainkan ada proses panjang yang telah dimulai sejak Haaland masih balita. Proses yang membentuknya bukan hanya menjadi pemain dengan skill hebat, fisik kuat dan tangguh, juga mental baja yang tak mudah dipatahkan.

Haaland yang lahir dan menjalani tiga tahun awalnya di Leeds membuatnya lebih mudah mengenali dan beradaptasi dengan karakter Inggris. Ayahnya yang menghabiskan satu dekade karir di Liga Inggris juga membuatnya sangat terbantu dalam pilihan karir dan klub.

"Ayah tinggal di Inggris, dia bermain untuk klub (di Inggris). Tentu saja banyak hal telah berubah dalam 20 tahun terakhir, tetapi dia tinggal di sini, jadi dia tahu (semua tentang Inggris).” tutur Erling Haaland tentang bagaimana peran Alfie Haaland atas kepindahannya.

"Saya telah menonton banyak pertandingan (di Maine Road, Leeds). Saya memang tidak mengingat semuanya, tetapi saya bersama ibu, saudara perempuan, dan saudara laki-laki menonton banyak pertandingan ayah saya," lanjut Haaland.

Maka bukan rahasia lagi bahwa Alfie Haaland berperan sangat banyak dalam perjalanan karir putranya. Mancester City juga bukan nama baru bagi sang anak. Selain sang ayah yang pernah membela The Citizen, Haaland kecil juga sudah dipakaikan jersey Manchester City.

Keputusan Alfie yang pulang kampung ke Bryne, Norwegia, pada 2003 setelah kakinya patah ditebas Roy Keane pada 2001, membuat Haaland menjalani masa kecil di kampung sang ayah. Meski, faktor cuaca membuat warga Bryne lebih banyak memainkan sepak bola di lapangan indoor.

”Jika bukan karena hall indoor, aku tidak yakin dia (Erling Haaland) akan sejauh ini,” kata Alfie kepada Nettavisen.

Hall indoor itu sangat penting. Saya tak bisa menghitung berapa banyak waktu yang saya habiskan di sana, pastinya itu sangat sering (berada di hall indoor). Sepanjang hidup, hanya sepak bola yang ada di pikiran saya,” terang Haaland.

Di Bryne, dia bergabung dalam akademi di bawah asuhan Alf Ingve Berntsen. Berbeda dengan ayahnya yang berposisi sebagai pemain bertahan, Haaland langsung tertarik menjadi penyerang. ”Saya melihat Erling kali pertama ketika berusia lima tahun. Saat itu dia bergabung dalam indoor training dengan kelompok (usia) yang satu tahun lebih tua darinya,” kata Berntsen dilansir dari Goal.

Menurut Berntsen, sejak belia Haaland yang lahir 21 Juli 2000 tersebut sudah bermain efektif. ”Dua sentuhan pertamanya menghasilkan gol. Dia sangat bagus sejak saat pertama, meskipun dia belum pernah bermain di klub sebelumnya,” lanjutnya.

”Dia mulai bermain di kelompok usianya sendiri, tetapi karena dia jauh lebih baik daripada yang lain, kami segera menariknya ke U-6. Dia sedikit lebih kecil dari lawan-lawannya karena dia setahun lebih muda. Tapi bahkan jika lawannya secara signifikan lebih tinggi, dia terus mencetak gol,” jelas Berntsen.

”Keberhasilan Erling saat ini sangat membanggakan, sedikit aneh, tetapi tidak mengejutkan pula. Dia bocah yang istimewa dengan struktur tulang (tubuh) seorang pemenang, dan memiliki kepintaran di dalam area penalti. Dia akan menjadi besar dan cepat (gesit). Kami tahu itu akan terjadi,” kata Berntsen sebagaimana dilansir Dagbladet.

Erling Haaland 3 Twitter Man City-2
Besar dan gesit, itulah gambaran Erling Haaland. (Twitter Manchester City)

Ketika Berntsen ditanya bagaimana Haaland bisa menjadi pemain yang berbahaya, dia mengatakan bahwa ini adalah hasil gemblengan orang tuanya. ”Ayahnya, Alfie Haaland, telah menjadi tolok ukur pencapaian di sepak bola Norwegia. Selain itu, kakak Erling tingginya sekitar 195 sentimeter. Jadi kami menyadari dia akan menjadi besar, kuat dan cepat.”

”Ketika Erling berusia 11-12 tahun, kami memperkirakan bahwa dia akan memiliki karir internasional yang hebat. Kami menyadari itu sejak dini. Gen olahraga (dari orang tuanya) sangat bagus dan berpengaruh. Ibunya juga aktif dalam atletik. Selain itu, ia menerima saran dan masukan sangat positif dari keluarganya.” lanjut Berntsen

Namun, Haaland kecil juga merasakan bagaimana karir sepak bolanya sempat terseok. Fisiknya yang terlalu besar (untuk ukuran anak seusianya) membuat pergerakannya tidak maksimal. Hal itu diakui oleh Berntsen.

”Pada usia 14 tahun, pertumbuhan fisik Haaland menjadi semakin pesat. Saya ingat sebuah turnamen di Denmark, di mana Erling ikut di dalamnya. Namun, dia tidak bisa berlari dengan baik. Dia hanya tertatih-tatih. Penting untuk memperhitungkan periode di mana dia tumbuh paling besar, sejak dia berusia 14-15 tahun,” kata Berntsen.

Kondisi Haaland saat itu juga diakui oleh Even Sel, pelatih yang bersama Berntsen ikut melatih Haaland di Akademi Bryne. ”Erling menggerakkan tubuhnya dengan terlalu kasar. Rasa sakit yang semakin bertambah membuat dia tidak bisa berlatih banyak, dan kondisi tubuh Haaland harus dikelola dengan baik dan ditenangkan. Untungnya, dia memiliki orang-orang terampil di sekitarnya yang merawatnya.” kata Sel.

Itu tidak lepas dari banyaknya olahraga yang diikuti yang membuatnya lebih fleksibel dalam latihan. Dia juga biasa menggabungkan teknik dan kemampuan dari atletik dan bola tangan ke sepak bola.

Karena talentanya itu, sejak usia 11 tahun, para pelatihnya di akademi yakin bahwa Haaland akan menjadi pemain level internasional suatu saat nanti. Dan, panggilan pertamanya dari level nasional datang dari tim Norwegia U-15 yang dilatih Gunnar Halle, mantan rekan satu tim ayahnya.

”Saya kali pertama melihat Haaland bermain sepak bola saat usianya masih belasan tahun. Saat itu postur tubuhnya cukup kecil, sebelum tiba-tiba pertumbuhannya melonjak tinggi dan secara fisik (sebenarnya) kurang menguntungkan,” kata Halle kepada Goal.

”Dia, tanpa perlu diragukan lagi, adalah pemain bagus yang mencetak banyak gol, tetapi sama sekali tidak luar biasa. Fisik dan keselarasannya saat itu masih harus dikembangkan. Bahwa suatu hari dia akan menjadi superstar, itu masih jauh,” ucap Halle.

Meski sudah melihat potensi Haaland, dia masih tidak menyangka pemain asuhannya itu bisa menjadi seperti sekarang. Masih ada keraguan akan kemampuan dalam membaca permainan. Namun, Halle sangat mengapresiasi semangat pantang menyerah Haaland untuk menerima hal baru.

Haaland dianggap sebagai sosok pemain muda yang gigih. ”Dia tidak takut pada apapun. Dia sering berlatih sendiri ketika masih kecil, melakukan latihan berulang kali, karena dia selalu memiliki tujuan besar untuk mencapai level puncak,” tambah Halle.

Pelatih lain yang berkesempatan menangani Haaland adalah Ole Gunnar Solskjaer saat membesut Molde. ”Saya cukup yakin, Erling akan memiliki karir yang fantastis dan saya selalu mengatakan itu. Saya mengikuti Erling dengan cermat. Apakah 18 bulan waktu yang kami habiskan bersama? Hampir dua tahun mungkin. Itu waktu yang fantastis.” tutur Solskjaer.

Solksjaer melatih Molde pada 2015-2018, setelah sebelumnya pernah melatih Molde pada 2011-2014. Pertemuan Solskjaer dengan Haaland terjadi ketika pemain bertinggi 195 cm itu bergabung dengan Molde pada 2017.

 

Musim pertama Haaland bersama Molde tidak mulus. Saat itu dia masih berusia 17 tahun hanya mencetak 2 gol dari 12 penampilannya. Bahkan, Haaland juga sempat beberapa kali tidak masuk ke dalam skuad Molde.

Namun, pembicaraan empat mata bersama Solksjaer sebelum laga tandang melawan Brann mengubah semuanya. ”Saya berharap Erling masih ingat ketika kami duduk di Lubbenes (tempat latihan Molde) sehari sebelum pertandingan melawan Brann. Saya merasa itu adalah hari yang penting, baik untuk Molde, untuk dia dan untuk hubungan kami.”

”Dia memiliki masa yang sangat buruk sebelum itu. Dia mungkin ingat itu. Sangat menyenangkan mengikuti perkembangannya. Dia akan memiliki karir yang panjang, panjang, dan panjang, yang akan melampaui sebagian besar dari apa yang dicapai para pesepak bola Norwegia” lanjut Solskjaer.

Benar saja. Sehari setelah pembicaraan empat mata bersama Solskjaer, tepatnya pada laga melawan Brann pada 1 Juli 2018, Haaland menampilkan permainan impresif dengan mencetak empat gol dalam 20 menit. Molde menang 4-0 melawan Braan, berkat empat gol dari Haaland.

”Setelah pertandingan, semua mata tertuju pada Erling. Tapi dia tidak keberatan sama sekali. Sebaliknya, tekanan membuatnya lebih baik. Dia adalah pemain dengan potensi paling besar yang pernah saya mainkan,” terang mantan pelatih Manchester United itu.

Selain genetis, berlatih berbagai cabang olahraga, dan mengasah mental melalui kejuaraan dan turnamen, sang ayah juga jadi role model bagi Haaland. Memang, Zlatan Ibrahimovic adalah idola Haaland, tapi ayahnya adalah sosok terdekat yang selalu didengarkan petuahnya.

Sejak kecil Haaland menyukai Zlatan. ”Saya memiliki beberapa role model dan telah menyaksikan banyak pemain bagus. Namun, Zlatan Ibrahimovic adalah yang terhebat menurut saya. Bagaimana dia bisa sebagus itu, langkah yang dia ambil, dan cara dia bermain,” kata Haaland kepada redbullsalzburg.at.

”Selain itu, dia orang Skandinavia, jadi harus ada seseorang yang mengambil alih posisinya,” tutur Haaland yang mulut besar dan mentalitasnya tak ubahnya Zlatan Jr. Kebetulan, mereka berdua juga berada di bawah naungan agen yang sama, Mino Raiola, yang meninggal awal tahun ini.

 

Kalau gaya bicara dan mentalitasnya ala Zlatan, soal diet berbeda lagi. Haaland sepertinya meniru Cristiano Ronaldo. Dietnya sangat ketat dan memiliki chef pribadi yang bisa memastikannya memakan makanan sehat dan kalori yang terukur.

”Dietnya (luar biasa, Red). Apakah saya pikir itu bagian penting dari suksesnya? Bisa jadi ada peran kecil. Dan persentase kecil itu bisa membuatmu berlari lebih jauh,” kata rekan Haaland di Manchester City, Kyle Walker, kepada SPORTbible.

”Saya pikir ayahnya mungkin pengaruh terbesar terhadap apa yang dia lakukan di dalam dan luar lapangan. Dia mungkin melihat itu dan berkata, baiklah, inilah yang terjadi apabila saya melakukan kesalahan atau inilah yang menolong saya dalam pertandingan,” terang Walker.

Memang, soal makanan, Haaland terbilang ketat. Jantung dan hati sapi adalah dua hal yang menjadi kunci diet Haaland. ”Kalian mungkin tidak makan ini, tapi saya peduli dengan tubuh saya. Saya pikir makan makanan berkualitas yang lokal mungkin adalah yang paling penting,” terangnya.

”Orang kerap mengatakan bahwa daging itu buruk untuk tubuh. Tapi daging yang mana? Daging yang kalian dapatkan di McDonald's, atau daging sapi lokal yang makan rumput di sebelah sana? Saya makan jantung dan hati," tutur Haaland dalam dokumenter yang berjudul ’Haaland: The Big Decision’.

Haaland juga selalu makan lasagna buatan ayahnya sebelum pertandingan kandang. Alfie sangat perhatian kepada pola makan sang anak. Hal itu membuat pelatih Manchester City Pep Guardiola berkelakar, ”Kami bisa membuat tawaran kepada ayah Erling (Alfie) untuk memasak bagi kami (tim). Jika ini adalah rahasia Erling (dalam setiap penampilan impresifnya), saya akan meyakinkan Khaldoon Al Mubarak (chairman Manchester City) untuk membawanya ke sini,” canda tactician asal Spanyol itu.

Selain itu, Haaland juga menjaga pola makannya dengan mengkonsumsi sekitar 6.000 kalori per hari untuk menjaga dirinya dalam kondisi prima. Dia juga memasukkan beberapa praktik diet yang agak aneh ke dalam rutinitas hariannya. ”Hal pertama yang saya lakukan di pagi hari adalah mendapatkan sinar matahari, dan itu bagus untuk ritme sirkadian (harian),” kata Haaland. ”Saya juga sudah mulai sedikit menyaring air minum saya.”

Nah itu kebiasaan saat bangun tidur, sedangkan saat akan tidur, dia punya kebiasaan yang aneh. Dia tetap menjadi bocah yang suka bersenang-senang dengan hal sederhana sekaligus konyol. Dia punya kebiasaan tidur bersama bola yang dia bawa pulang setelah mencetak hat-trick ke gawang lawan. ”Mereka berbaring di ranjang dan saya tidur nyenyak bersama mereka,” celoteh Haaland. (*)

 

 

.

Iqbal Syahroni

Reporter

Press ESC to close