Gelem Penake, Emoh Ngrumat Anake, Wis Gede Digowo Lungo

Ini Kisah Sudrun dan istrinya Yu Minthul yang tinggal di Kecamatan Badas. Memutuskan membina rumah tangga beberapa tahun silam, pasangan suami istri itu bukannya membawa kebahagiaan bagi keluarganya. Melainkan malah nambahi beban orang tuanya yang sudah memasuki masa senja.

          Petaka terjadi saat Yu Minthul melahirkan anak lima tahun silam. Dengan alasan melahirkan anak karena desakan orang tua, Yu Minthul langsung menyerahkan anak semata wayangnya kepada Mbah Darmo dan istrinya untuk dirawat. “Pokoke emoh ngrumat anake dewe. Diserahne wong tuane,” kata Yu Menik, kerabat dari Yu Minthul.

          Meski senang dengan kelahiran cucunya, Mbah Darmo dan istrinya hanya bisa mengelus dada. Mereka tidak memiliki pilihan lagi selain merawat dan membesarkan cucunya itu.

          Hari-hari pasangan lansia itu dihabiskan untuk membesarkan cucu laki-lakinya. Saat sang cucu sakit, mereka juga kompak membawanya ke dokter. Mbah Darmo dan istrinya pun tertawa dan menangis bareng sang cucu tercinta.

          Adapun Yu Minthul dan Sudrun sibuk bekerja di Surabaya. Selama empat tahun, tidak sekalipun mereka pulang kampung untuk menjenguk anaknya. Bahkan, saat lebaran mereka juga tidak mudik ke Badas. Peh!

Wis, nelangsa tenan. Anake dewe ora tahu diparani. Embuh perasaane kaya apa,” sungut Yu Menik sembari menyebut Sudrun dan Yu Minthul juga tidak pernah berkirim kabar pada orang tuanya.

          Tidak ada angin, tidak ada hujan, saat anaknya berusia lima tahun, Sudrun dan Yu Minthul pulang kampung. Tanpa banyak basa-basi, mereka mengambil anaknya dan membawanya ke Surabaya.

          Kontan saja Mbah Darmo dan istrinya syok. Kenangan akan kelucuan-kelucuan cucunya terus terbayang. Saking sepanengnya, Mbah Darmo yang terus dirundung duka mengalami gangguan jiwa. Kakek yang biasanya ceria itu lebih banyak melamun. “Meneng terus. Ora doyan mangan. Wis diobatne ke banyak tempat, panggah ora mari,” beber Yu Menik.

          Masiya ngerti Mbah Darmo sakit, Yu Minthul dan Sudrun yang memang tidak tahu diri, juga tidak pernah menjenguk. Mereka asyik dengan aktivitasnya di Surabaya. “Sing ngopeni nek omah cuma adike. Ora ngreken bapake sing sakit,” papar Yu Menik ikut emosi melihat ketidakpedulian pasangan suami istri itu. Tak ubahnya peribahasa kacang lupa kulitnya, Yu Menik hanya bisa berdoa agar Yu Minthul dan Sudrun bisa bertobat dan menyadari kesalahannya. (em/ut)

 

Press ESC to close